Pacaran Beda Agama: Seindah Itukah?

Kita harus berbangga hidup di negeri yang kaya akan budaya dan keyakinan. Hidup berdampingan dengan sikap toleransi yang tinggi adalah pandangan ideal yang harus kita lakukan. Namun bagaimana jika toleransi itu sampai pada kehidupan pribadi kita? Tidak bisa dipungkiri relasi pacaran dengan pribadi dari keyakinan yang lain sudah sangat lazim terjadi. Bagaimana Gereja menyikapi hal ini? Apakah kita boleh berpacaran dengan orang yang berbeda keyakinan dengan kita?




Tidak ada ketentuan dan hukum yang mengikat untuk memiliki pasangan yang se-agama. Hal memilih pasangan hidup adalah kebebasan semua orang. Gereja tidak dapat melarang umatnya memilih pasangan hidup seturut pilihannya sendiri. Namun Gereja sebagai ‘ibu’ bagi umat beriman, memiliki hak memberikan ajaran dan nasihat kepada umatnya. Nasihat yang sesuai dengan kondisi ini adalah pernikahan dengan pasangan yang tidak seiman bukanlah hal yang mudah, bahkan cukup beresiko terhadap pertumbuhan iman ke depannya. Dengan alasan tersebut, pernikahan dengan pasangan yang tidak seiman (non-Katolik) tidak dianjurkan oleh Gereja Katolik. Meskipun tidak menganjurkan menikah dengan pasangan non-katolik, Gereja tidak bisa menutup diri dengan pernikahan Katolik-non Katolik yang 'terlanjur' terjadi. Gereja tetap memberikan ketentuan-ketentuan agar pernikahan tersebut dapat dikatakan sah di hadapan Tuhan.

Pernikahan
menurut iman Katolik adalah menjadi gambaran persatuan kasih antara Kristus dan Gereja-Nya. Hal yang penting adalah kedua pasangan seharusnya dapat mengambil bagian dalam kesatuan antara Kristus dan Gereja melalui Ekaristi. Kesatuan tersebut tidak akan terwujud kalau salah satu dari pasangan tidak Katolik, karena tidak dimungkinkan bagi kedua pasangan untuk menyambut Ekaristi, termasuk anda meskipun beragama Katolik (kecuali jika sebelum perkawinan dilangsungkan, pihak Katolik telah meminta dan memperoleh izin dari pihak otoritas). Pernikahan dengan dua pandangan iman yang berbeda tidak akan bisa membawa Kristus sebagai pemersatu di dalamnya, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?" (2Kor 6:14-15).

Tanpa menyatukan pernikahan kita dengan Kristus sendiri, akanlah sulit untuk membina hubungan kasih dan kesatuan antara suami dengan istri. Pernikahan yang se-iman saja masih banyak masalah (latar belakang keluarga berbeda, sifat laki-laki dan perempuan, mendidik anak, dsb), apalagi jika berbeda keyakinan. Masalah yang seharusnya tidak ada menjadi ada, apakah anak nanti dibaptis Katolik, apakah anak nanti boleh sekolah Minggu, dsb.
 

Apa yang ada di atas memang sangat tegas dan sensitif. Mungkin akan timbul berbagai respon seperti gereja Katolik terlalu ekslusif (menutup diri terhadap perbedaan), Gereja sok tahu padahal aku yang menjalani biasa-biasa saja, dan masih banyak pendapat lain. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa gereja tidak melarang umatnya menjalin relasi dengan agama lain, tetapi Gereja menghimbau untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam pernikahan terjadi. Bagi anda yang bersih kukuh untuk berpacaran dengan non-Katolik, jangan sampai Anda berpacaran tanpa memikirkan akibatnya. Silakan Anda pikirkan bagaimana kehidupan rohani Anda selanjutnya sebagai pasangan. Akankah Anda setia sebagai seorang Katolik? Dapatkah Anda tetap setia menerima Yesus dalam Ekaristi? Bagaimana mendidik anak-anak Anda pada prakteknya (cara doa yang bagaimana yang akan diajarkan kepada anak, ke gereja mana anak akan dilibatkan, dst).


Bukan untuk melarang, Gereja justru mengantisipasi umatnya dari kegagalan pernikahan karena beda agama. Fakta yang ada sangatlah susah, bahkan untuk mempertahankan iman sendiri sekalipun. Ingatlah bahwa pernikahan dalam Gereja Katolik hanya sekali, bijak-bijaklah dalam menentukan pasangan masa depanmu. Jangan memilih untuk berpacaran beda agama karena susah mendapatkan pasangan yang se-agama atau sudah terlalu nyaman sama dia yang berbeda agama. Jodoh ada di tangan Tuhan. Mohonkanlah 'dia' dalam setiap doamu! Tetapi tunggu kamu siap untuk berpacaran ya. Untuk mengetahui pacaran yang sehat menurut Gereja, bisa klik di sini. Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.


Sumber: katolisitas.org

Comments

Popular posts from this blog

#1 Sakramen Baptis: Awal Hidup Baru

Sakramen: Tanda Nyata Misteri Kristus

Pacaran? Ini Pandangan Gereja