SEJENAK MERENUNG: Hari Raya Kabar Sukacita dalam Masa Prapaskah

Dua minggu lebih sudah kita memasuki masa prapaskah, masa retret agung Gereja sembari menantikan Hari Raya Paskah. Segala ornamen gereja 'dikerudungi' kain ungu sebagai lambang berkabung. Namun sadarkah kita bahwa ada hal menarik di tengah-tengah masa prapaskah ini??


HARI RAYA KABAR SUKACITA (25 Maret)

Hari Raya ini merayakan perjumpaan malaikat agung St. Gabriel dan perawan Maria. Malaikat Gabriel tentu untuk meminta kesediaan Maria untuk menjadi ibu bagi Putera Allah. Santo Louis-Marrie de Monfort (1673-1716) mengatakan bahwa perayaan ini merupakan cikal bakal kehadiran Gereja. Dengan demikian penyerahan Gereja kepada Bunda Maria bukan dimulai pada peristiwa di kaki salib Yesus, melainkan saat Maria dipercaya untuk mengandung Yesus Putera Allah (Luk 1:28-38). Hari Raya Kabar Sukacita dirayakan sembilan bulan sebelum Hari Raya Natal (25 Desember).

HARI RAYA DI TENGAH MASA PRAPASKAH?
Dalam masa berkabung kok Gereja malah merayakan Hari Raya? Mungkin sedikit aneh jika merayakan suatu pesta ketika sedang berkabung. Tetapi sebenarnya perayaan Hari Raya Kabar Sukacita ini tidak menyalahi aturan dan masa liturgis yang ada. Kedudukan 'Hari Raya' memang lebih tinggi daripada masa musim liturgis. Maka perlu refleksi pribadi untuk memaknai perayaan tersebut di tengah masa prapaska, tentunya permenungan ini harus selaras dengan Kitab Suci dan ajaran Gereja. Minta bimbingan dari romo pembimbingmu jika dipandang perlu.

SEJENAK MERENUNG, MARIA SANG TELADAN
Aku bersyukur menjadi Katolik. Hal mendasar yang paling kukagumi tentang Gereja adalah berbagai teladan yang diajarkan sangat mendasar dengan Kitab Suci dan ajaran Gereja. Salah satu teladan yang dapat diteladani dari berbagai hal adalah Bunda Maria, termasuk di masa prapaska ini. Masa prapaska menjadi suatu masa yang baik bagi umat Katolik untuk bermati-raga dan merenungkan kehidupan. Masa prapaska juga mengajak kita untuk berderma, memberikan persembahan diri bagi Tuhan. Ketika kita bicara tentang persembahan diri, tentu Bunda Maria merupakan teladan yang luar biasa. Gadis mana yang rela mengandung anak yang bukan darah-dagingnya sendiri? Perempuan mana yang rela hamil di luar nikah? Di usia yang begitu muda, belum bersuami, Bunda Maria dengan dorongan Roh Kudus dapat mengungkapkan "Ecce ancilla Domini. Fiat mihi secundum verbum Tuum" (Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu). Kalimat yang sangat sederhana namun mengandung berjuta makna. Kesediaannya untuk mengandung di luar status nikah dan menjadi cibiran banyak orang kala itu menunjukkan penyerahan diri yang begitu besar kepada Tuhan.

Bunda Maria menunjukkan bahwa penyerahan diri kepada Tuhan tidak harus menunggu kita memasuki usia tua. Hidup kudus dan berkenan kepada Allah bukan hanya urusan orang tua. Bahkan melalui kisah Bunda Maria kita mengerti bahwa karya Allah bekerja melalui orang muda! Lantas apa yang sudah kulakukan di usiaku yang ke-21 sekarang. Penyerahan diri apa yang aku dan kamu sudah lakukan untuk Tuhan? Sudahkah aku memberikan persembahan yang baik bagi Allah? Aku pernah membaca suatu buku tentang perayaan ekaristi. Buku itu dikisahkan oleh seseorang (aku lupa namanya) yang mendapat penglihatan tentang kemegahan perayaan ekaristi tersebut. Tahukah kamu jika ketika persiapan persembahan, ketika petugas persembahan membawa iring-iringan persembahan ke depan altar, malaikat pelindung kita juga maju ke depan altar sambil membawa persembahan hidup kita? Orang tersebut menjelaskan dalam bukunya terdapat malaikat yang bercahaya cerah, itu artinya malaikat pelindung tersebut membawa persembahan baik dari orang yang dilindungi. Tapi juga ada malaikat pelindung yang tak bercahaya. Malaikat itu tidak membawa persembahan apapun ke depan altar. Percaya-tidak percaya akan cerita ini, aku merasa masih perlu memperbaiki hidup lebih banyak lagi. Aku harus belajar untuk melakukan satu-dua hal kecil yang bisa dijadikan persembahan hidup bagi Tuhan. Rasul Paulus menuliskan dalam suratnya kepada jemaat di Roma bahwa persembahan yang sejati adalah mempersembahkan tubuh (Roma 12:1). Yuk kita belajar melakukan hal-hal kecil untuk persembahan kepada Allah. Jangan biarkan malaikat pelindungmu tidak membawa apa-apa ke depan altar Tuhan. Dominus vobiscum.

Referensi: yesaya.indocell.net
Foto: @haleyephelps on unsplash.com


Comments

Popular posts from this blog

#1 Sakramen Baptis: Awal Hidup Baru

Sakramen: Tanda Nyata Misteri Kristus

Pacaran? Ini Pandangan Gereja