#1 Sakramen Baptis: Awal Hidup Baru
Baptis mungkin satu-satunya sakramen yang kita terima tanpa kita sadari sepenuhnya, apalagi buat kita yang sudah dibaptis sejak bayi. Orangtua kita (mewakili kita) mengakukan iman di hadapan Tuhan dan Gereja. Karena alasan ini, kita jadi tidak memahami dan menghayati arti pembaptisan kita. Lantas apa yang harus kita pahami tentang pembaptisan kita? Seberapakah kita harus peduli akan itu?
Fortisfides berusaha membantu memahami sakramen pembaptisan agar kita dapat mengetahui kisah 'lahir baru' rohani kita.
Fortisfides berusaha membantu memahami sakramen pembaptisan agar kita dapat mengetahui kisah 'lahir baru' rohani kita.
Bersyukurlah bagi kalian yang baptis dewasa, karena dengan kesadaran diri kalian telah memilih untuk menjadi anggota Gereja. Bagi kita yang baptis sejak bayi, kita patut lebih berbangga karena orangtua dan wali baptis kita menyatukan kita dengan persekutuan Gereja sejak kita kecil!
Baptis berasal dari bahasa Yunani, baptizein, yang berarti menenggelamkan diri atau mencuci diri. Maka nampaklah jelas bahwa Sakramen Baptis adalah pembersihan diri dari dosa awal manusia (Rm 6:14). Melalui pembaptisan, Yesus memberikan hidup baru dan menjadikan kita anak-anak Allah (1 Yoh 3:1). Selain menjadikan anak-anak Allah, pembatisan juga membawa kita kepada keselamatan kekal. "Bersama Kristus kamu dikuburkan dalam baptisan dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, ..." (Kol 2:12).
Mendapat rahmat hidup baru dan keselamatan dari Allah sendiri? Siapa yang tidak mau? Justru kedua rahmat itu menjadi 'portal' bagi kita untuk selalu dekat dengan Tuhan. Tetapi segala sesuatu yang diberikan tetaplah mengandung konsekuensi. Apa konsekuensi dari baptisan yang kita terima?
1. Menghayati Sakramen tersebut
Kita telah menjadi anak-anak Allah melalui pembaptisan. Seperti Bapa yang Kudus dan tak mengenal dosa, kita sebagai anak-Nya pun dituntut hal yang sama. Manusia diajak untuk menghayati kekudusan semasa hidupnya. Lantas bagaimana dengan kita sebagai kaum muda yang begitu asing dengan kekudusan? Maukah kita menghayati hidup kudus sebagai konsekuensi pembaptisan? Atau malah mengingkarinya? Ingatlah bahwa rahmat ini gratis diberikan Tuhan kepada kita. Tuhan sendiri yang akan membimbing kita dalam menjalan kehidupan kita. So, Lets change from sinner to be saint :)
2. Pertobatan yang terus menerus
Kehidupan kita adalah 'perjalanan panjang' untuk menghayati kekudusan. Dan dalam perjalanan itu, tidak sedikit kita jatuh dan berjalan ke arah yang salah. Pertobatan adalah cara untuk bangkit dan kembali ke jalan kekudusan. Jangan kita mengartikan pertobatan dengan rasa menyesal dan mohon ampun atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Itu hanya satu sisi pertobatan saja! Pertobatan akan semakin lengkap dengan kita mengarahkan hidup dan tujuan kita kepada Tuhan.
Di setiap paroki, selalu menyediakan layanan Sakramen Pertobatan setiap minggunya. Tapi sudahkah kita menggunakan fasilitas itu? Sadarkah kita jika yang menunggu di dalam ruang pengakuan itu adalah Tuhan sendiri? Yuk ketahui jadwal pengakuan di paroki masing-masing dan datanglah. Tuhan akan menyambut kita dengan segala kerinduan juga kok.
3. Menjadi garam dan terang
Mungkin kita sudah sering mendengar kalimat ini, bahkan sudah bosan. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu konsekuensi pembaptisan adalah kita dituntut untuk menjadi garam dan terang bagi sesama di sekitar kita. Kehadiran orang yang dibaptis dalam nama Tuhan harus memberikan warna bagi sesama di sekitarnya. Jelas, kita tidak bisa menjadi orang yang egois dan individualis. Sikap 'masa bodoh' dengan apa yang terjadi di sekitar kita sangat berlawanan dengan konsekuensi pembaptisan.
Banyak hal yang dipertanyakan mengenai sakramen baptis. Hal yang paling sering ditanyakan adalah manaka cara membaptis yang lebih alkitabiah, percik ataukah selam? Well memang dalam alkitab, kita tahu bahwa Yesus pun dibaptis dengan baptis selam di Sungai Yordan. Meskipun demikian, baptis percik tidak bisa dikatakan tidak sah.
Santo Thomas Aquinas menjelaskan dengan Ibrani 10:22: “…Marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan dengan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”
Kata ‘dibersihkan’ diterjemahkan dari kata sprinkled dan 'dibasuh’ dari kata washed. (Alkitab bahasa Inggris- Revised Standard Version, dan Jerusalem Bible). Sprinkled berarti diperciki oleh air.
Beliau membedakan hal yang secara esensial diperlukan dalam Pembaptisan, dan yang accidental. Dalam pembaptisan, yang terpenting adalah unsur pembasuhan/ pencucian untuk menandai pembersihan rohani terhadap dosa, sedangkan caranya adalah accidental.
Gimana? Sudah mulai paham tentang sakramen baptis? Masih banyak yang kita bisa dalami tentang sakramen ini. Remember, Gereja kita sangat kaya akan tradisi dan arti. Dan sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai orang yang dibaptis untuk mempertanggung jawabkan iman kita. Jangan pernah berhenti untuk mempertahankan iman. Tuhan selalu menyertai kehidupan kita karena kita anak-anakNya.
Baptis berasal dari bahasa Yunani, baptizein, yang berarti menenggelamkan diri atau mencuci diri. Maka nampaklah jelas bahwa Sakramen Baptis adalah pembersihan diri dari dosa awal manusia (Rm 6:14). Melalui pembaptisan, Yesus memberikan hidup baru dan menjadikan kita anak-anak Allah (1 Yoh 3:1). Selain menjadikan anak-anak Allah, pembatisan juga membawa kita kepada keselamatan kekal. "Bersama Kristus kamu dikuburkan dalam baptisan dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, ..." (Kol 2:12).
Mendapat rahmat hidup baru dan keselamatan dari Allah sendiri? Siapa yang tidak mau? Justru kedua rahmat itu menjadi 'portal' bagi kita untuk selalu dekat dengan Tuhan. Tetapi segala sesuatu yang diberikan tetaplah mengandung konsekuensi. Apa konsekuensi dari baptisan yang kita terima?
1. Menghayati Sakramen tersebut
Kita telah menjadi anak-anak Allah melalui pembaptisan. Seperti Bapa yang Kudus dan tak mengenal dosa, kita sebagai anak-Nya pun dituntut hal yang sama. Manusia diajak untuk menghayati kekudusan semasa hidupnya. Lantas bagaimana dengan kita sebagai kaum muda yang begitu asing dengan kekudusan? Maukah kita menghayati hidup kudus sebagai konsekuensi pembaptisan? Atau malah mengingkarinya? Ingatlah bahwa rahmat ini gratis diberikan Tuhan kepada kita. Tuhan sendiri yang akan membimbing kita dalam menjalan kehidupan kita. So, Lets change from sinner to be saint :)
2. Pertobatan yang terus menerus
Kehidupan kita adalah 'perjalanan panjang' untuk menghayati kekudusan. Dan dalam perjalanan itu, tidak sedikit kita jatuh dan berjalan ke arah yang salah. Pertobatan adalah cara untuk bangkit dan kembali ke jalan kekudusan. Jangan kita mengartikan pertobatan dengan rasa menyesal dan mohon ampun atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Itu hanya satu sisi pertobatan saja! Pertobatan akan semakin lengkap dengan kita mengarahkan hidup dan tujuan kita kepada Tuhan.
Di setiap paroki, selalu menyediakan layanan Sakramen Pertobatan setiap minggunya. Tapi sudahkah kita menggunakan fasilitas itu? Sadarkah kita jika yang menunggu di dalam ruang pengakuan itu adalah Tuhan sendiri? Yuk ketahui jadwal pengakuan di paroki masing-masing dan datanglah. Tuhan akan menyambut kita dengan segala kerinduan juga kok.
3. Menjadi garam dan terang
Mungkin kita sudah sering mendengar kalimat ini, bahkan sudah bosan. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu konsekuensi pembaptisan adalah kita dituntut untuk menjadi garam dan terang bagi sesama di sekitar kita. Kehadiran orang yang dibaptis dalam nama Tuhan harus memberikan warna bagi sesama di sekitarnya. Jelas, kita tidak bisa menjadi orang yang egois dan individualis. Sikap 'masa bodoh' dengan apa yang terjadi di sekitar kita sangat berlawanan dengan konsekuensi pembaptisan.
Banyak hal yang dipertanyakan mengenai sakramen baptis. Hal yang paling sering ditanyakan adalah manaka cara membaptis yang lebih alkitabiah, percik ataukah selam? Well memang dalam alkitab, kita tahu bahwa Yesus pun dibaptis dengan baptis selam di Sungai Yordan. Meskipun demikian, baptis percik tidak bisa dikatakan tidak sah.
Santo Thomas Aquinas menjelaskan dengan Ibrani 10:22: “…Marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan dengan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”
Kata ‘dibersihkan’ diterjemahkan dari kata sprinkled dan 'dibasuh’ dari kata washed. (Alkitab bahasa Inggris- Revised Standard Version, dan Jerusalem Bible). Sprinkled berarti diperciki oleh air.
Beliau membedakan hal yang secara esensial diperlukan dalam Pembaptisan, dan yang accidental. Dalam pembaptisan, yang terpenting adalah unsur pembasuhan/ pencucian untuk menandai pembersihan rohani terhadap dosa, sedangkan caranya adalah accidental.
Gimana? Sudah mulai paham tentang sakramen baptis? Masih banyak yang kita bisa dalami tentang sakramen ini. Remember, Gereja kita sangat kaya akan tradisi dan arti. Dan sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai orang yang dibaptis untuk mempertanggung jawabkan iman kita. Jangan pernah berhenti untuk mempertahankan iman. Tuhan selalu menyertai kehidupan kita karena kita anak-anakNya.
Sumber: carmelia.net
Comments
Post a Comment